Kawan
ketika kita berpikir untuk berbuat baik – aku tak bilang besar atau kecil
– yang pasti kita hanya perlu melakukannya. Tak perlu banyak pertimbangan.
Kau tahu itu. Kita semua tahu mengenai hal itu.
Sedikit
yang ingin aku sampaikan, mungkin kau bosan dengan hal ini. Tapi tak ada
salahnya aku ulang kembali dongeng ini. Semoga alurnya kembali melewati
lintasan-lintasan dalam otakmu. Dan tanpa reserve tubuhmu melakukan apa yang
disebut dengan kebaikan.
----------
ALKISAH,
pada suatu waktu, ada sebuah awan yang sangat kecil dan sangat kesepian dan
biasa berkeliaran jauh dari awan-awan besar. Ia begitu kecil, nyaris tak sampai
seuntai. Dan manakala awan-awan besar membasahi hijaunya daratan, si awan kecil
terbang mendekat menawarkan jasanya. Tapi mereka mengoloknya karena ia begitu
kecil.
”Kau tak
punya apa-apa untuk dipersembahkan.” awan-awan besar biasa memberitahunya.
”Alangkah kecil dirimu.”
Mereka
mengoloknya menjadi-jadi. Dengan sangat sedih si awan kecil menyingkir, mencari
tempat lain untuk menurunkan hujan. Tapi kemanapun dirinya pergi, awan-awan
besar mendesaknya untuk minggir. Maka si awan kecil pergi lebih menjauh lagi
hingga sampai di tempat yang sangat kering kerontang, saking keringnya tak satu
dahan pun tumbuh, dan si awan kecil berkata pada cerminnya – aku lupa
memberitahumu bahwa si awan kecil selalu membawa cermin agar ia bisa berbicara
dengan dirinya sendiri saat sedang sendirian – ”ini lokasi sempurna untuk
menjadikan diriku hujan karena belum ada yang pernah kesini.”
Si
awan kecil mengerahkan tenaganya untuk menjadikan dirinya hujan dan akhirnya
menelurkan setetes air. Terus-menerus. Meluncur kebawah. Tetes hujan kecil itu
menciprat sendirian. Karena lengangnya daerah kering itu, tetes hujan kecil itu
membuat kebisingan hebat waktu jatuh dan menciprat tepat ke batu. Dan ia
membangunkan bumi yang bertanya:
”Ada
apa ribut-ribut?”
“Tetesan
hujan.” Jawab batu.
“Tetesan
hujan? Berarti akan turun hujan yang lebih banyak lagi. Bangun! Lekas! Memberi
komando kepada tumbuhan yang sembunyi dibalik tanah dari sengatan sinar
matahari.
Maka
tumbuh-tumbuhan pun bangun dan mengintip, dan dalam sesaat seisi padang tandus
tersaput warna hijau, dan awan-awan besar pun melihat hijau itu dari kejauhan
dan berkata:
”Lihat. Ada
banyak hijau disana. Ayo bikin hujan di tempat itu. Kita tidak tahu disana
begitu hijau.”
Maka
pergilah mereka menjadikan dirinya hujan ditempat yang dulunya kering
kerontang. Mereka curahkan hujan dan hujan.
Dan
waktu itu, tak seorang pun teringat akan seuntai awan kecil yang mengucurkan
setetes hujan kecil yang cipratannya membangunkan mereka yang tertidur.
Tak
seorangpun ingat, tapai si batu menyimpan rahasia awan kecil itu. Waktu
berlalu, dan awan-awan besar pertama itu pun lenyap dan tanaman-tanaman itu pun
mati. Dan batu yang tak mati, memberitahu tanaman-tanaman baru yang terlahir
dan awan-awan baru yang tiba, kisah mengenai seuntai awan kecil yang
mengucurkan setetes hujan kecil.
----------
Sangat
indah apa yang Allah katakan kawan. Dalam firman-Nya:
”Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya.” (Al-Zalzalah:7).
copy by : Komda Fast Saintek