Senin, 12 Mei 2014

Quantum Ikhlas

Di masa lalu ada seorang guru bijak yang selalu menyelenggarakan kuliahnya di bawah sebuah pohon tinggi dan besar menjulang ke langit. Dan suatu hari ketika kelas sepi anak laki-laki dari guru itu bertanya pada ayahnya, “ayah,  dari manakah langit, bumi dan seluruh sisinya?”. Kemudian sang ayah memintanya mengambil buah yang sudah kering dan banyak berserakan di bawah pohon itu, lalu memintanya untuk membelahnya dan melihat isinya.
Ketika sang anak menemukan sebuah biji kering di dalamnya, sang ayah memintanya untuk terus membelahnya hingga ia akhirnya menemukan bahwa biji itu ternyata kosong, hampa, tidak berisi apa-apa. Sang ayah kemudian menjelaskan, “seperti pohon raksasa yang sudah berusia ratusan tahun ini, segala sesuatu yang ada di alam semesta ini bermula dari sesuatu yang tidak ada, hampa, dan kosong.”

“Bahwasannya kita di awali dengan hal yang tidak ada, hampa, dan kosong pastilah ada Sang Pencipta yang ‘merancang’ semua ini nak.” , sang ayah meneruskan. Sang anak pun bertanya kembali, “ayah pantaskah kita menjadi manusai yang sombong? Mausia yang ingin tercapai semua keinginannya di dunia ini?”.
“kebanyakan orang menyakini vahwa dalam hidup ia harus berjuang meraih semua keinginannya dengan berusaha keras, membanting tulang hingga tetes darah penghabisan padahal tuntunan agama menjanjikan berbagai kemudahab yang akan datang jika dalam ikhtiarnya manusia berhasil bersyukur, menikmati prosesnya, dan menyerahkan seuruh urusan dan kepentingan hanya kepada Tuhan, inilah kompetensi ikhlas nak.”, jawab sang ayah dengan lemah lembut.
Ketika manusia benar-benar ikhlas, saat itulah doa atau niatnya ‘berjabat tangan’ melakukan kolaborasi dengan energi vibrasi quanta. Sehingga, melalui mekanisme kuantum yang tak terlihat, kekuatan Tuhanlah yang sebenarnya sedang bekerja. Jika sudah demikian, siapakah yang mampu menghalangi-Nya?