Jumat, 21 Desember 2012

karena ALLAH

Langit tetap cerah. Sapaan orang-orang shalih tetap terdengar merdu. Qur'an tetap menjadi penunjuk jalan. Berbeda memang dengan kondisi hati yang sebenarnya lemah. Ingin menangis kencang di depannya. Ingin berharap bahwa ia mendengar rintihan hati ini. Rintihan yang tertalu takut untuk menjadi sebuah ucapan lantang nan berani.

Namun sang hati masih tetap kuat. Bukan, namun mencoba untuk tetap terjaga.
Bunga mawarmu boleh lah layu di telan masa. Atau karena pemiliknya kurang apik dalam menjaga. Namun kisah, sejarah, tak akan pernah luput dari ingatan, bahwa dulu aku pemilik mawar itu.

Terima kasih untuk cinta yang pernah kau beri. Inilah aku yang menjadi lemah karenanya. Ketahuilah bahwa beribu bidadari menunggumu di depan pintu. Aku ini, hanya penipu. Tak lebih dari itu.

Kau tersadar dan pergi, tak ingin aku menahan. Berbeda dengan bunga mawar, yang memang tak bisa aku menahannya.

Namun kau harus tahu, bagaimana rasa bahagia ini, sedih ini, saat tahu kau menyimpan rasa padaku. Rasa, yang aku sendiri tak paham, bolehkah? Halalkah? Ah, daripada dua hal itu yang terlalu berat, aku sadar untuk bertanya, pantaskah? Duhai, lelaki yang tangguh dalam menjaga din-Nya.

Percayalah, bahagiaku, adalah melebihi bahagiamu. Namun dukaku mungkin tak ada apa-apanya dibandingkan dukamu. Itu kini. Karena boleh jadi kau mencintaiku karena Allah, sehingga kau pun meninggalkanku karena Allah.

Tapi lihatlah di masa yang akan datang nanti, jika Allah menghendaki. Kau akan menjadi manusia yang paling bahagia di dunia ini! Bersama bidadari sholihah yang paling beruntung dipinang olehmu, wahai yang ku hormati.

Kisah ini mungkin akan mati ditelan masa, namun untukku sejarah tetaplah sejarah yang tak boleh mati karena setiap gerak dalam sejarah, memiliki amanah yang mampu menjadi pelajaran hidup hingga mati nanti.


isma